Kamis, 15 Maret 2012

Incredible Moment

Pengalaman ini sebenarnya sudah lama kualami, tepatnya ketika aku kelas X SMA tahun 2010. 
Namun baru sempat diposkan sekarang . 
selamat membaca. Semoga menginspirasi :D 
Jum’at -- hari pertama setelah kerja bakti sekolah dalam bulan April adalah hari dimana aku masih ingat betul seorang gadis unik dengan khas terawangan otak fisikanya mengajakku melakukan sebuah petualangan. Jujur, aku sama sekali tak tertarik karena trauma kegagalanku di waktu dulu masih membekas erat dalam memori ini. Ingatan akan semua hal di waktu dulu hampir meremukkan sesuatu yang ada dalam gelora semangatku. Aku takut. Aku bimbang. Malaikat hatiku pun berbisik padaku :
“toh, ini permainan. Kenapa tidak mau mencobanya lagi?”
“ya. Ini hanya sebuah permainan. Kenapa aku takut? Ayah tidak pernah mengajarkanku takut. Permainan itu kan bukan Tuhan yang harus ditakuti?”
Aku terdiam. Sejenak berfikir dan akhirnya melontarkan satu kata :: “YA” :: 
Beberapa hari kemudian, aku dan gadis itu saling bekerja sama. Mencoba menemukan ide untuk menemukan garis start yang entah di mana tempatnya. Meskipun banyak yang membantu dan memberi masukan, namun dalam benak kami berfikir . . Dua orang utama dalam permainan ini saja rasanya tak cukup. sepertinya harus ditambah satu lakon.
Ya, kami mencari lakon itu dan akhirnya menemukannya tak lama kemudian. Seorang remaja “selor“ yang “nggaplek” pun kami pilih. 
Lima belas hari sebagai pemula untuk menyelesaikan permainan baru rasanya tak mudah. Tapi, itulah permainan. Pasti ada tantangan dan perjuangan sebagai hiburan. jadi, tak ada kata menyerah dalam kamus kami. 
Aku tertarik untuk terus melanjutkan permainan ini. Tanganku pun ikut terpikat dengan menari-nari diatas sebuah catatan kecil untuk mengenang serangkaian pengalaman dalam permainan ini setiap harinya. 
Hari ke1    : Saat mulai menemukan titik terang garis start, rundingan sepulang sekolah 
Hari ke3     : Sayangnya titik terang itu mulai redup saat mendengar ada yang sudah pernah memainkan permainan ini sebelumnya. Sungguh, membuat kami hilang arah 
Hari ke4    : Tak mau membiarkan titik terang itu redup, kami mencari lilin lain yang masih mampu menerangi titik itu dalam langkah pertama ini untuk bisa mencari garis start lain yang sama 
Hari ke5     : kami berusaha bangkit dengan menjalankan langkah kedua dan ketiga dulu dalam mencapai awal permainan 
Hari ke6     : benar-benar tak fokus dalam menjalankan langkah selanjutnya saat kabar buruk tentang”nya” menjalar di sepanjang saluran otakku 
Hari ke9    : Diberi Allah pencerahan tentang ini semua lewat seorang kakak kelas yang ahli bernama “mas Lugas” 
Hari ke10     : Bersama gadis itu, aku mulai mengocok dadu dan menjalankan permainan tanpa tau arah mana yang akan dituju dulu. Yang kami jadikan acuan adalah mengikuti langkah hati yang berisi segudang “BONdo NEKat”. Termasuk juga pada hari ke10 adalah melanjutkan permainan dengan pemuda “selor” dan ditambah bantuan dari seorang generasi aksel yang hobi “melet2” untuk mengolah hasil dari langkah hatiku tadi bersama gadis itu. 
Hari ke11    : Masih bersama gadis itu lagi untuk menjalankan langkah keempat, kelima dan keenam sambil menunggu pemuda “selor” itu menyelesaikan rancangan untuk langkah terakhir. Saat dia telah menyelesaikannya, kami bertiga sama-sama mengocok dadu lagi untuk menyelesaikan langkah terakhir di sebuah pos kecil beratap bintang malam yang indah. Kukira, hal itu akan berakhir sampai disitu. Tapi rupanya, sesuatu terjadi. Sesuatu itu mencegahku berfikir bahwa malam itu adalah langkah terakhir yang akan terlampaui dengan sempurna. 
Hari ke12    : Seharusnya menjadi jadwal khususku untuk merasakan segudang kehangatan cinta dari 4 orang yang paling ku sayang di dunia karena tlah terkumpul menggunung dalam hati ini. Tapi . . Karna harus menganalisa langkah terakhir yang kurang sempurna, aku harus merelakan kesempatannya pergi dalam minggu itu. Aku, si gadis, dan pemuda “selor” itu berkumpul di sebuah bangunan penuh buku yang tertata dengan rapi. Bangunan itu berdiri menganga dengan kokoh dan megahnya. Namun, saat bangunan itu menutupkan dirinya kembali, kami terpaksa pindah ke sebuah taman kecil di samping sebuah telaga yang sudah mengering hingga akhirnya tertanami oleh rerumputan dan beberapa bunga yang lumayan indah ternaungi oleh awan yang seakan-akan ingin menumpahkan berjuta-juta derai air matanya. Langkah terakhir dipadu dengan goresan tawa dan seporsi mangkok soto kikil + segelas es teh pun tercatat bisu oleh taman itu. 
Hari ke15    : Menyetorkan hasil akhir permainan pertama yang kami mainkan di jenjang SMA ini dengan senyuman lebar yang super hambar bertabur sejumput gula, keju, dan misis (emang donat?) 
Waktu berlari – lari kecil serasa mengejar sesuatu. Awal Mei datang dengan cepat. Bulan itu adalah hal teraneh yang mengejutkan bagi kami bertiga. Saat itu, aku dan pemuda “selor” tengah merogoh koceh untuk perut kami. Tiba-tiba, ada suara seorang laki-laki dari speaker utama sekolah. Aku yang paling tidak suka suara berisik speaker sama sekali tak menghiraukannya hingga tepukan keras terdengar keras dari bahuku. “AAU!!” aku berteriak. “Dipanggil sama pak jei tuh,” ujar salah seorang penghuni SepTicTank (Sepuluh Ticga menTereank) tanpa meminta maaf terlebih dulu. Aku bergegas. Secepatnya mengulurkan selembar uang ribuan kepada ibu roti bakar dan beranjak pergi dari tempat itu. 
Di kejauhan sana, kulihat dari balik kacamata bermotif hitam dan abu-abu kecoklatan yang tertopang hidungku ada seorang gadis yang nyengir lebar sedang melambaikan tangannya. “siapa ya?” tanya hatiku. Aku mendekatinya. Dia menjulurkan tangan dan aku menjabatnya.
“selamat !! permainan kita diloloskan” ucap si gadis.
“haah?? Kok bisa!? Itu kan asal-asalan?” balasku kaget.
Gadis itu mengernyitkan dahinya dan tertawa kecil “ya bisa. Orang yang ngelolosin lagi ngelindur”
Kami pun tertawa, meledakkan ekspresi jiwa sampai puas. 
Tiga hari kemudian, kami melakukan persentasi. Hasil yang kurang akurat dari permainan asal-asalan yang kami buat pun menjadikan kami kalang kabut. Tapi, sesuatu tiba – tiba terbesit dalam benak gadis fisika itu dan membuat semuanya berjalan sesuai harapan. Tiga orang penilai meloloskan kami lagi pada tingkat permainan selanjutnya entah karena apa. Tapi yang jelas, kami masih curiga, tim penilai itu benar – benar sudah bangun tidur apa masih ngelindur ya? - - “ 
Dari yang semula hanya berlari – lari kecil,  kini waktu seolah berlari terengah – engah. Dua puluh lima hari pun terasa bagai seminggu. Tak terpikirkan sebelumnya tentang apa yang harus disiapkan untuk pameran hasil permainan itu. Tapi, kami tetap mencoba saling memberi pupuk keyakinan pada anggota tim unik ini untuk selalu semangat. 
Waktu, tenaga, modal, bahkan pikiran memang telah terarahkan untuk hal ini. Lelah seakan menjadi hantu yang biasa menghampiri. Tapi, hal itu terlupakan saat banyak orang yang menggoreskan senyum di pipi atas hasil permainan ini.  Semuanya terasa tak sia – sia. 
Saat mengingat semua perjalanan panjang ini, aku masih tak percaya. Mencoba mengusap suatu aliran air dari sungai mataku dengan tangan pemberian Allah yang kugunakan untuk memperjuangkan INCREDIBLE GAMES --dikutip dari omongan khas rizqinya mbak tika-- ini. 
Pengorbanan totalitas pertama yang aku alami sejak mengenal apa itu hidup sesungguhnya benar – benar terukir indah dalam ruang khusus hatiku bersama dua orang yang hebat :: RETNO, si gadis otak fisika dan KEVIN, si pemuda selor yang nggaplek :: 
Dalam ruang itu, tertata apik beragam memori berkesan. Diantaranya adalah :
  1. Saat mulai berjuang, itu berarti saatnya untuk berhenti mengeluh
  2. Teman akan menjadi sahabat saat dia benar-benar tulus menjalin sebuah pertemanan
  3. Kekuatan tekad ternyata mampu mengalahkan perasaan apapun yang kami khawatirkan, bahkan apa yang kami takutkan sekalipun.
  4. Sepercik kebaikan yang kami berikan kepada orang lain ternyata bisa memberikan sejuta volume kebaikan lain yang kami dapatkan.
  5. Kekuatan tiga semut ternyata bisa sebanding dengan kekuatan 10 gajah karena besarnya semangat yang tertanam.
Namun, perabotan khas yang paling menonjol dalam ruang itu adalah kekompakan yang sampai sekarang akan terus selalu terjaga . .
Terima kasih kawan . ayo berjuang lagi! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

background